Monday, July 30, 2018

WASPADALAH !!! Ternyata Hepatitis B Lebih Kejam Dari HIV



Perlu diketahui bahwa Hepatitis B ternyata 100 kali lebih berinfeksi dari pada penyakit HIV, dan pada keduanya sama-sama belum ditemukan obatnya secara medis, banyak diantara mereka mengetahui bahwa dirinya terinfesi setelah berada pada tahap lanjut/kronis bahkan terjadi sirosis dan kanker hati, ungkap dr. Wiendra Wiendra Waworuntu, M.Kes pada acara peringatan Hari Hepatitis Sedunia di Kementerian Kesehatan RI, tanggal 27 Juli 2018 kemarin.

Kiri-Kanan : Pak Anjari (moderator), dr Wiendra, dan dr Andri. Sumber : Twitter @KemenkesRI

Dengan mengusung tema “Deteksi Dini Hepatitis Selamatkan Generasi Penerus Bangsa” Kementerian Kesehatan RI mengajak masyarakat untuk lebih tahu dan sadar akan bahaya Hepatitis dan faktor-faktor resiko didalamnya agar masyarakat Indonesia bisa terselamatkan dari bahaya Hepatitis dan juga untuk mengurangi beban individu, keluarga, masyarakat, pemerintah akan kerugian yang ditanggung akibat banyaknya masyarakat yang terkena penyakit Hepatitis.

Sosialisasi waspada Hepatitis bersama ifluencer, Gambar : Syahrul Kartiko

Indonesia merupakan negara dengan pengidap Hepatitis B nomor 2 terbesar sesudah Myanmar diantara negara-negara anggota WHO SEAR (South East Asian Region). Diperkirakan 23 Juta penduduk kita pernah terinfeksi virus Hepatitis B yang mana menunjukan 1 dari 10 orang Indonesia telah terinfeksi virus Hepatitis B, sedangkan Hepatitis C sekitar 5 Juta orang.

Penyebaran penyakit Hepatitis basa saja terjedi di sekitar kita seperti bekas makanan dan air yang tercemar kotoran manusia yang dapat menyebabkan Hepatitis A dan Hepatitis E. Kemudian dari kontak cairan tubuh seperti Ibu ke anak (hamil), tranfusi darah yang tidak steril, penggunaan jarum sunting yang berulang-ulang, jarum tato, dan hubungan seksual yang mana dapat menularkan Hepatitis B, Hepatitis C, dan Hepatitis D.

Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan RI bahwa setiap tahunnya terdapat 5,3 juta ibu hamil, HBsAg reaktif pada ibu hamil 2,2%, yang artinya dalam setiap tahunnya diperkirakan terdapat 120.000 bayi akan menderita Hepatitis B dan 95% memiliki potensi mengalami Hepatitis kronis (sirosis atau kanker hati) pada usia 30 tahun mendatang dan jika diabaikan biaya yang akan dikeluarkan untuk 1 kasus sirosis saja mebutuhkan biaya hingga 1 milyar rupiah dan 5 milyar rupiah untuk kasus kanker hati.

Untuk itu sangat penting diketahui bagaimana strategi pencegahan infeksi Hepatitis B yang melalui Ibu hamil, berikut adalah langkah-langkah yang harus dijalani :
1. Ibu hamil diperiksa screening Hepatitis B
2. Ibu hamil yang terkena infeksi Hepatitis B untuk berkonsultasi terlebih dahulu
3. Semua bayi yang baru lahir diberikan vaksin HB0 <24 jam setelah kelahiran
4. Bayi dari Ibu hamil yang HBsAg-nya reaktif mendapatkan tambahan HBIG <24 jam setelah kelahiran
5. Menyarankan Ibu hamil dengan hepatitis B yang HBsAg-nya reaktif untuk melahirkan di fasilitas layanan kesehatan atau bukan pada dukun beranak.

Hepatitis B sangat sulit untuk diketahui gejalanya bahkan memang tidak terlihat, kecuali jika kita rutin medical checkup yang mana untuk masyarakat kita masih jarang repot-repot untuk mau medical checkup sehingga banyak sekali penderitanya yang tidak menyangka bahwa dia telah mendapatkan penyakit Hepatitis selama bertahun-tahun lamanya tanpa ia sadari sedikitpun.

Bagaimana mendeteksi gejala Hepatitis, tanya Elisa (salah satu influencer)

Biaya medical checkup tidaklah murah dan tentunya tidak semua lapisan masyarakat kita mampu untuk melakukannya. Dan bagaimana caranya agar kita bisa tahu sedangkan medical checkup adalah cara satu-satunya?, dan jawabannya adalah Ada, kita tetap medical checkup namun dengan jalur yang unik, yaitu dengan mendonorkan darah kita, disitu nanti darah kita akan di check apakah mengandung virus yang berbahaya seperti Hepatitis, sifilis hingga HIV, jika terdapat virus dalam darah kita maka kita akan mendapatkan panggilan beserta hasil test, jika tidak ada panggilan maka bisa dipastikan darah kita aman dan sehat dari ancaman virus berbahaya meskipun kita tidak mendapatkan surat hasil test uji darah kita, jawab dr. Andri

 Maka dari itu kiata harus lebih peduli dalam menjaga lingkungan untuk selalu berseh dan steril dari virus, selalu cuci tangan menggunakan sabun, buang air besar dijamban, memasak dengan air yang mendidih, melakukan imunisasi, sering berhubungan seksusal dengan berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan (sikat gigi, pisau cukur, pemotong kuku) secara bergatian, tidak melakukan tato/tindik, tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian, menggunakan alat pengobatan tradisional yang tidah steril seperti akupuntur dan alat-alat bekam.

0 comments:

Post a Comment