Perlu diketahui bahwa Hepatitis B
ternyata 100 kali lebih berinfeksi dari pada penyakit HIV, dan pada keduanya
sama-sama belum ditemukan obatnya secara medis, banyak diantara mereka mengetahui
bahwa dirinya terinfesi setelah berada pada tahap lanjut/kronis bahkan terjadi
sirosis dan kanker hati, ungkap dr. Wiendra Wiendra Waworuntu, M.Kes pada acara
peringatan Hari Hepatitis Sedunia di Kementerian Kesehatan RI, tanggal 27 Juli
2018 kemarin.
Kiri-Kanan : Pak Anjari (moderator), dr Wiendra, dan dr Andri. Sumber : Twitter @KemenkesRI |
Dengan mengusung tema “Deteksi
Dini Hepatitis Selamatkan Generasi Penerus Bangsa” Kementerian Kesehatan RI
mengajak masyarakat untuk lebih tahu dan sadar akan bahaya Hepatitis dan faktor-faktor
resiko didalamnya agar masyarakat Indonesia bisa terselamatkan dari bahaya
Hepatitis dan juga untuk mengurangi beban individu, keluarga, masyarakat, pemerintah
akan kerugian yang ditanggung akibat banyaknya masyarakat yang terkena penyakit
Hepatitis.
Sosialisasi waspada Hepatitis bersama ifluencer, Gambar : Syahrul Kartiko |
Indonesia merupakan negara dengan
pengidap Hepatitis B nomor 2 terbesar sesudah Myanmar diantara negara-negara
anggota WHO SEAR (South East Asian Region). Diperkirakan 23 Juta penduduk kita
pernah terinfeksi virus Hepatitis B yang mana menunjukan 1 dari 10 orang
Indonesia telah terinfeksi virus Hepatitis B, sedangkan Hepatitis C sekitar 5 Juta
orang.
Penyebaran penyakit Hepatitis basa
saja terjedi di sekitar kita seperti bekas makanan dan air yang tercemar
kotoran manusia yang dapat menyebabkan Hepatitis A dan Hepatitis E. Kemudian dari
kontak cairan tubuh seperti Ibu ke anak (hamil), tranfusi darah yang tidak
steril, penggunaan jarum sunting yang berulang-ulang, jarum tato, dan hubungan
seksual yang mana dapat menularkan Hepatitis B, Hepatitis C, dan Hepatitis D.
Berdasarkan data yang dihimpun
Kementerian Kesehatan RI bahwa setiap tahunnya terdapat 5,3 juta ibu hamil, HBsAg
reaktif pada ibu hamil 2,2%, yang artinya dalam setiap tahunnya diperkirakan
terdapat 120.000 bayi akan menderita Hepatitis B dan 95% memiliki potensi
mengalami Hepatitis kronis (sirosis atau kanker hati) pada usia 30 tahun
mendatang dan jika diabaikan biaya yang akan dikeluarkan untuk 1 kasus sirosis
saja mebutuhkan biaya hingga 1 milyar rupiah dan 5 milyar rupiah untuk kasus
kanker hati.
Untuk itu sangat penting diketahui
bagaimana strategi pencegahan infeksi Hepatitis B yang melalui Ibu hamil, berikut
adalah langkah-langkah yang harus dijalani :
1. Ibu hamil diperiksa screening
Hepatitis B
2. Ibu hamil yang terkena infeksi
Hepatitis B untuk berkonsultasi terlebih dahulu
3. Semua bayi yang baru lahir
diberikan vaksin HB0 <24 jam setelah kelahiran
4. Bayi dari Ibu hamil yang
HBsAg-nya reaktif mendapatkan tambahan HBIG <24 jam setelah kelahiran
5. Menyarankan Ibu hamil dengan
hepatitis B yang HBsAg-nya reaktif untuk melahirkan di fasilitas layanan
kesehatan atau bukan pada dukun beranak.
Hepatitis B sangat sulit untuk
diketahui gejalanya bahkan memang tidak terlihat, kecuali jika kita rutin
medical checkup yang mana untuk masyarakat kita masih jarang repot-repot untuk
mau medical checkup sehingga banyak sekali penderitanya yang tidak menyangka
bahwa dia telah mendapatkan penyakit Hepatitis selama bertahun-tahun lamanya
tanpa ia sadari sedikitpun.
Bagaimana mendeteksi gejala Hepatitis, tanya Elisa (salah satu influencer) |
Biaya medical checkup tidaklah
murah dan tentunya tidak semua lapisan masyarakat kita mampu untuk melakukannya.
Dan bagaimana caranya agar kita bisa tahu sedangkan medical checkup adalah cara
satu-satunya?, dan jawabannya adalah Ada, kita tetap medical checkup namun
dengan jalur yang unik, yaitu dengan mendonorkan darah kita, disitu nanti darah
kita akan di check apakah mengandung virus yang berbahaya seperti Hepatitis,
sifilis hingga HIV, jika terdapat virus dalam darah kita maka kita akan mendapatkan
panggilan beserta hasil test, jika tidak ada panggilan maka bisa dipastikan darah
kita aman dan sehat dari ancaman virus berbahaya meskipun kita tidak
mendapatkan surat hasil test uji darah kita, jawab dr. Andri
Maka dari itu kiata harus lebih peduli dalam
menjaga lingkungan untuk selalu berseh dan steril dari virus, selalu cuci
tangan menggunakan sabun, buang air besar dijamban, memasak dengan air yang
mendidih, melakukan imunisasi, sering berhubungan seksusal dengan berganti-ganti
pasangan, tidak menggunakan (sikat gigi, pisau cukur, pemotong kuku) secara
bergatian, tidak melakukan tato/tindik, tidak menggunakan jarum suntik secara
bergantian, menggunakan alat pengobatan tradisional yang tidah steril seperti
akupuntur dan alat-alat bekam.
0 comments:
Post a Comment