Thursday, September 15, 2016

BANYAK Explore SEDIKIT Biaya, Happy Extreme

            Liburan kali ini adalah liburan yang sangat menyenangkan, sangat menegangkan dan sangat menantang adrenalin, saya Syahroel, bersama para sahabatku akan berlibur ke tempat-tempat yang belum pernah kami singgahi sebelumnya dengan bekal bawaan seadanya, hanya jiwa persaudaraan yang tinggilah bekal kami, meskipun keadaan tak mengizinkan tetapi itulah yang membuat kami selalu bahagia.
            Senin, 23 Desember 2013 saya bersama Fadil, Andrianto, dan Bayu yang saling berboncengan berangkat dari Surabaya menuju Pasuruan di saat matahari mulai sembunyi di ufuk barat bersama langit jingga yang terus mengikuti, tak disangka dengan pengetahuan yang minim tentang jalan perlintasan yang akan kami lewati, kami sempat tersesat yang membuat waktu kami terbuang, namun kami segera kembali, meski menyesal tetapi kami tetap menikmati, karna hanya kebersamaanlah yang sanggup melenyapkan masalah.

            Ketika malam mulai langit menjadi gelap kami baru tiba di rumah yang akan kami tuju, rumah bagaikan istana bagi tamunya yang berkunjung, itulah rumah sahabat kami dari Pasuruan. Terima kasih banyak buat Indra sekeluarga atas makanan lezatnya terutama keramahan yang terus diberikan kepada kami, semoga semua yang telah engkau berikan kepada kami akan dibalas dengan berlipat ganda banyaknya.

            Pagi hari di Pasuruan terdengar ayam jago yang bersahut-sahutan menandakan matahari mulai terbit di ufuk timur, hari ini adalah hari Selasa, 24 Desember 2013, di pagi yang segar ini kami jalan-jalan  ke pelabuhan yang kebetulan dekat dengan persinggahan kami, pelabuhan ini adalah pelabuhan kecil yang bertempat di ujung sungai dekat laut, di sebelah selatan tedapat pemandangan gunungunung bagaikan tembok bumi yang sedang berbaris, dan kapal-kapal kayu yang sedang berlabuh di dermaga dengan rapinya.
            Di kapal yang kami kunjungi, kami bertemu dengan kapten kapal dan beberapa ABK kapal yang sangat ramah dengan kami, di sini kami menanyakan pengalaman mereka selama berlayar dan itu sungguh membuat kami kagum, mereka adalah manusia yang tangguh dan berani dalam menghadapi tantangan alam, seperti saat menerjang ombak, menembus badai, kapal bocor dan juga beban mental akan jauhnya jarak pemisah dengan keluarganya, tapi disitulah tersimpan jiwa dan mental sekuat baja yang  selalu bisa menembus permasalahan dalam kehidupan yang selalu menghadang.

            Sekitar pukul 10.00 pagi kami memulai perjalanan menuju Gunung Bromo dengan menunggangi kuda beroda dua, jalanan ke atas gunung selalu membuat kami khawatir karena jalanya yang menanjak tinggi dan berkelok-kelok membuat kuda kami agak rewel, hingga sang kuda pun minta gantian untuk didorong karena tidak cukup kuat untuk melintasi tanjakan yang curam.

            Setelah melewati jalan yang perlu perjuangan untuk melewatinya, akhirnya kami tiba di desa yang sekaligus tempat administrasi pendaftaran masuk. Kamipun memutuskan menginap untuk satu malam di salah satu rumah warga yang bernama Bu Iyah, Terima kasih Bu Iyah sekeluarga yang telah memberikan kami keramahan, makanan yang lezat, sebagai teman curhat, dan masih banyak lagi.

            Menjelang pagi hari yang cerah pada hari Rabu tanggal 25 Desember 2014 kami mulai bangun dari tidur yang berselimutkan dingin pada sekitar pukul 04.00 dini hari, karena jam seginilah kita bisa bertemu dengan indahnya Sun Rise di Bukit Penanjaannya Gunung Bromo, sesampai disana terlihat raut wajah para wisatawan yang takjub akan keindahan alam ini, benar-benar Allah telah menunjukan kekuasanya dengan membuat alam yang begitu indah sekali.
            Puas berjumpa dengan keindahan Sun Rise di Bukit Penanjaan segera kami melanjutkan perjalanan menuju Gunung Bromo yang jaraknya tidak jauh dari Bukit Penanjaan, dalam perjalanan kami mendapat ujian yang menurut saya cukup extream, ketika motor yang saya dan kawan saya tunggangi hampir jatuh ke bawah jurang yang cukup dalam namun kami terselamatkan oleh sepeda motor yang parkir di pinggir jurang yang kami jadikan korban untuk kami tabrak sehingga menyelamatkan kami dari dalamnya jurang yang mengerikan.

            Sesampainya di padang pasir Gunung Bromo, tak disangka pemandangan dari padang pasir sangatlah indah yang dikelilingi beberapa puncak bak artis foto model yang siap di jepret sehingga membuat kami tertarik seperti magnet untuk tidak luput dari pengabadian moment bersama mereka (puncak Penanjaan, puncak Gunung Batok, puncak Bunung Bromo), setelah itu segera kami menuju tempat parkirannya Gunung Bromo untuk segera menginjakan kaki terus ke atas menuju puncaknya, puncak yang selalu mengeluarkan asap bertaburkan butiran belerang.
            Pada perjalanan menuju puncak kami sangat sering sekali berjumpa dengan wisata asing yang sedang berlibur, sehingga menjadikan kami bangga menjadi bagian dari bangsa yang sangat indah ini, namun sayang seribu sayang masih banyak sampah yang dibuang sembarangan di sana padahal jika bersih wisatawan asing akan lebih senang dan bahkan menjadikan tempat favorit untuk berlibur, di daerah pendakian ini banyak kuda yang disewakan bagi yang tidak mau capek jalan kaki, dengan harga sewa sekitar 20.000 ribu rupiah per kuda.

            Tibalah kami sampai puncak Bromo dengan ketinggian........... ,apabila sudah sampai diatas puncak, sebaiknya kita memakai masker berguna untuk menghindari butiran belerang yang masuk ke pernafasan kita karena baunya sangat menyengat, hal tersebut terus berlangsung karena Gunung Bromo adalah gunung yang masih aktif dan itu terlihat dari mulut gunung yang setiap beberapa menit sekali mengeluarkan letupan dan asap yang berwarna putih gelap, karena justru itulah mengapa Gunung Bromo terus diserbu oleh para penggila wisata.

            Puas menikmati keindahan jajaran pegunungan di TNBTS kami segara melanjutkan perjalanan menuju tetesan air besar yang indah nan sejuk, berlokasi didaerah Kab. Probolinggo, tempat dimana pernah di pakai oleh Patih Gajah Mada untuk bertapa, Itulah yang dinamakan Madakaripura Waterfall, meskipun pada saat itu kami belum tau lokasinya berada, kami tetap melanjutkan perjalanan kami karena semangat dan rasa penasaran kami yang tinggi hingga dapat menghantarkan kami menuju lokasi Air Terjun Madakaripura.
            Tiba di pintu masuk kami disambut oleh patung Patih gajah Mada yang sedang bertapa menghadap pintu masuk dengan sangat gagahnya, perjalanan menuju air terjun tidak dapat detempuh langsung menggunakan kendaraan, jadi kita harus melewati jalan setapak dengan jarak 1 sampai 2 kilo untuk sampai tujuan. Setelah menempuh perjalanan yang cukup menguras tenaga akhirnya terbayarkan dengan keindahan terjunan air yang tinggi ditemani pelangi diantara bukit-bukit yang mengapit, sungguh pemandangan yang luar biasa.

            Belum puas berwisata di dua tempat dan karena waktu liburan masih panjang, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Papuma yang bertempat di Kab. Jember, dengan jarak tempuh sekitar 4 jam-an dari air terjun Mada Karipura, namun kami sesampainya di Jember bumi sudah mengganti payungnya dengan payung jingga yang lama makin lama menjadi hitam yang berarti kami harus rehat dahulu hingga esok hari.

            Keuntungan bagi kami karena salah satu sahabat kami Fadil dia adalah pemuda asli Jember sehingga kami mendapat tumpangan untuk tidur dan makan dan di esok pagi-pagi sekali kami sempat di ajak untuk memanen buah-buahan segar yang ada di kebun mini tepat belakang rumahnya, seperti buah salak, buah mangga, buah pisang, dll. Terima kasih kami ucapkan untuk Fadil sekeluarga atas bantuan, dan keramah tamahannya yang luar biasa.
            Jam 07.00 di pagi hari kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pantai Papuma dengan sekitar jarak tempuh 1 jam-an, dalam perjanan mayoritas jalan yang kami lewati berupa hutan jati, dan uniknya adalah sebelum sampai panta kita harus melewati sebuah bukit yang disitu banyak terdapat kera-kera yang sedang mengemis di pinggir jalan, berharap mendapat lemparan buah segar dari para wisatawan.
             Sesampainya di pesisir pantai ada beberapa spot yang wajib dikunjungi, yaitu tempat berpasir, tempat berbatu, dan tempat berbukit. Dan ketika sampai di tempat berbukit saya melihat keindahan yang menakjubkan dari sudut selatan pulau Jawa ini, terlihat gabungan antara 4 serangkai yaitu Laut, Pantai, Bukit, dan Hutan yang bersatu padu dengan indahnya layaknya negri dongeng.

            Masih belum puas dengan keindahan Pantai Papuma kami melanjutkan perjalanan menuju Banyu Biru yang bertempat di Kab. Pasuruan, tempat lokasi ini adalah tempat wisata yang dibuat untuk berenang dan memanfaatkan air yang selalu keluar secara alami dari dalam tanah, dan untuk membung air yang keluar secara terus menerus dari dalam dibuat aliran seperti sungai, sehingga menjadikan air tersebut menjadi selalu jernih kebiruan, yang paling spesial dari tempat ini adalah kita berenang bersama banyak ikan yang rata-rata ukurannya se-lengan tangan manusia.


            Inilah ceritaku bersama para sahabatku yang hanya bermodal sangat sedikit tapi menghasilkan petualangan yang sangat banyak dan yang paling penting dari semua perjalanan dalam petualangan ini adalah Jagalah selalu alam yang ada di Bumi yang setiap hari kita pijak ini, jangan hanya menikmati keindahannya saja, tapi kita harus ikut berperan meskipun sedikit tetap akan bermanfaat, jangan sampai anak cucu kita kelak tidak bisa menikmati dengan apa yang telah kita nikmati saat ini, hanya karena kerakusan kita yang makin menggila, SAVE OUR EARTH, SAVE OUR FUTURE

0 comments:

Post a Comment