Liburan
kali ini adalah liburan yang sangat menyenangkan, sangat menegangkan dan sangat
menantang adrenalin, saya Syahroel, bersama para sahabatku akan berlibur ke
tempat-tempat yang belum pernah kami singgahi sebelumnya dengan bekal bawaan
seadanya, hanya jiwa persaudaraan yang tinggilah bekal kami, meskipun keadaan
tak mengizinkan tetapi itulah yang membuat kami selalu bahagia.
Senin,
23 Desember 2013 saya bersama Fadil, Andrianto, dan Bayu yang saling berboncengan
berangkat dari Surabaya menuju Pasuruan di saat matahari mulai sembunyi di ufuk
barat bersama langit jingga yang terus mengikuti, tak disangka dengan
pengetahuan yang minim tentang jalan perlintasan yang akan kami lewati, kami sempat
tersesat yang
membuat waktu kami terbuang, namun kami segera kembali, meski
menyesal tetapi kami tetap menikmati, karna hanya kebersamaanlah yang sanggup
melenyapkan masalah.
Ketika
malam mulai langit
menjadi gelap kami baru tiba di rumah yang akan kami tuju, rumah bagaikan
istana bagi tamunya yang berkunjung, itulah rumah sahabat kami dari Pasuruan.
Terima kasih banyak buat Indra sekeluarga atas makanan lezatnya terutama
keramahan yang terus diberikan kepada kami, semoga semua yang telah engkau
berikan kepada kami akan dibalas dengan berlipat ganda banyaknya.
Pagi
hari di Pasuruan terdengar ayam jago yang bersahut-sahutan menandakan matahari
mulai terbit di ufuk timur, hari ini adalah hari Selasa, 24 Desember 2013, di
pagi yang segar ini kami jalan-jalan ke
pelabuhan yang kebetulan dekat dengan persinggahan kami, pelabuhan ini adalah
pelabuhan kecil yang bertempat di ujung sungai dekat laut, di sebelah selatan
tedapat pemandangan gunungunung bagaikan tembok bumi yang sedang berbaris, dan
kapal-kapal kayu yang sedang berlabuh di dermaga dengan rapinya.
Di
kapal yang kami kunjungi, kami bertemu dengan kapten kapal dan beberapa ABK
kapal yang sangat ramah dengan kami, di sini kami menanyakan pengalaman mereka
selama berlayar dan itu sungguh membuat kami kagum, mereka adalah manusia yang
tangguh dan berani dalam menghadapi tantangan alam, seperti saat menerjang
ombak, menembus badai, kapal bocor dan juga beban mental akan jauhnya jarak pemisah dengan keluarganya, tapi
disitulah tersimpan jiwa dan mental sekuat baja yang selalu bisa menembus permasalahan dalam
kehidupan yang selalu menghadang.
Sekitar
pukul 10.00 pagi kami memulai perjalanan menuju Gunung Bromo dengan menunggangi
kuda beroda dua, jalanan ke atas gunung selalu membuat kami khawatir karena
jalanya yang menanjak tinggi dan berkelok-kelok membuat kuda kami agak rewel, hingga sang
kuda pun minta gantian untuk didorong karena tidak cukup kuat untuk melintasi
tanjakan yang curam.
Setelah
melewati jalan yang perlu perjuangan untuk melewatinya, akhirnya kami tiba di
desa yang sekaligus tempat administrasi pendaftaran masuk. Kamipun memutuskan
menginap untuk satu malam di salah satu rumah warga yang bernama Bu Iyah,
Terima kasih Bu Iyah sekeluarga yang telah memberikan kami keramahan, makanan
yang lezat, sebagai teman curhat, dan masih banyak lagi.
Menjelang
pagi hari yang cerah pada hari Rabu tanggal 25 Desember 2014 kami mulai bangun
dari tidur yang berselimutkan dingin pada sekitar pukul 04.00 dini hari, karena
jam seginilah kita bisa bertemu dengan indahnya Sun Rise di Bukit Penanjaannya
Gunung Bromo, sesampai disana terlihat raut wajah para wisatawan yang takjub
akan keindahan alam ini, benar-benar Allah telah menunjukan kekuasanya dengan
membuat alam yang begitu indah sekali.
Puas
berjumpa dengan keindahan Sun Rise di Bukit Penanjaan segera kami melanjutkan
perjalanan menuju Gunung Bromo yang jaraknya tidak jauh dari Bukit Penanjaan, dalam
perjalanan kami mendapat ujian yang menurut saya cukup extream, ketika motor
yang saya dan kawan saya tunggangi hampir jatuh ke bawah jurang yang cukup
dalam namun kami terselamatkan oleh sepeda motor yang parkir di pinggir jurang
yang kami jadikan korban untuk kami tabrak sehingga menyelamatkan kami dari
dalamnya jurang yang mengerikan.
Sesampainya
di padang pasir Gunung Bromo, tak disangka pemandangan dari padang pasir
sangatlah indah yang dikelilingi beberapa puncak bak artis foto model yang siap
di jepret sehingga membuat kami tertarik seperti magnet untuk tidak luput dari
pengabadian moment bersama mereka (puncak Penanjaan, puncak Gunung Batok,
puncak Bunung Bromo), setelah itu segera kami menuju tempat parkirannya Gunung
Bromo untuk segera menginjakan kaki terus ke atas menuju puncaknya, puncak yang
selalu mengeluarkan asap bertaburkan butiran belerang.
Pada
perjalanan menuju puncak kami sangat sering sekali berjumpa dengan wisata asing
yang sedang berlibur, sehingga menjadikan kami bangga menjadi bagian dari
bangsa yang sangat indah ini, namun sayang seribu sayang masih banyak sampah
yang dibuang sembarangan di sana padahal jika bersih wisatawan asing akan lebih
senang dan bahkan menjadikan tempat favorit untuk berlibur, di daerah pendakian
ini banyak kuda yang disewakan bagi yang tidak mau capek jalan kaki, dengan
harga sewa sekitar 20.000 ribu rupiah per kuda.
Tibalah
kami sampai puncak Bromo dengan ketinggian........... ,apabila sudah sampai
diatas puncak, sebaiknya kita memakai masker berguna untuk menghindari butiran
belerang yang masuk ke pernafasan kita karena baunya sangat menyengat, hal
tersebut terus berlangsung karena Gunung Bromo adalah gunung yang masih aktif
dan itu terlihat dari mulut gunung yang setiap beberapa menit sekali mengeluarkan
letupan dan asap yang berwarna putih gelap, karena justru itulah mengapa Gunung
Bromo terus diserbu oleh para penggila wisata.
Puas
menikmati keindahan jajaran pegunungan di TNBTS kami segara melanjutkan
perjalanan menuju tetesan air besar yang indah nan sejuk, berlokasi didaerah
Kab. Probolinggo, tempat dimana pernah di pakai oleh Patih Gajah Mada untuk
bertapa, Itulah yang dinamakan Madakaripura Waterfall, meskipun pada saat itu
kami belum tau lokasinya berada, kami tetap melanjutkan perjalanan kami karena
semangat dan rasa penasaran kami yang tinggi hingga dapat menghantarkan kami
menuju lokasi Air Terjun Madakaripura.
Tiba
di pintu masuk kami disambut oleh patung Patih gajah Mada yang sedang bertapa
menghadap pintu masuk dengan sangat gagahnya, perjalanan menuju air terjun
tidak dapat detempuh langsung menggunakan kendaraan, jadi kita harus melewati
jalan setapak dengan jarak 1 sampai 2 kilo untuk sampai tujuan. Setelah
menempuh perjalanan yang cukup menguras tenaga akhirnya terbayarkan dengan
keindahan terjunan air yang tinggi ditemani pelangi diantara bukit-bukit yang
mengapit, sungguh pemandangan yang luar biasa.
Belum
puas berwisata di dua tempat dan karena waktu liburan masih panjang, kami
melanjutkan perjalanan menuju pantai Papuma yang bertempat di Kab. Jember,
dengan jarak tempuh sekitar 4 jam-an dari air terjun Mada Karipura, namun kami
sesampainya di Jember bumi sudah mengganti payungnya dengan payung jingga yang
lama makin lama menjadi hitam yang berarti kami harus rehat dahulu hingga esok
hari.
Keuntungan
bagi kami karena salah satu sahabat kami Fadil dia adalah pemuda asli Jember
sehingga kami mendapat tumpangan untuk tidur dan makan dan di esok pagi-pagi
sekali kami sempat di ajak untuk memanen buah-buahan segar yang ada di kebun
mini tepat belakang rumahnya, seperti buah salak, buah mangga, buah pisang,
dll. Terima kasih kami ucapkan untuk Fadil sekeluarga atas bantuan, dan keramah
tamahannya yang luar biasa.
Jam
07.00 di pagi hari kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pantai Papuma
dengan sekitar jarak tempuh 1 jam-an, dalam perjanan mayoritas jalan yang kami
lewati berupa hutan jati, dan uniknya adalah sebelum sampai panta kita harus
melewati sebuah bukit yang disitu banyak terdapat kera-kera yang sedang
mengemis di pinggir jalan, berharap mendapat lemparan buah segar dari para
wisatawan.
Sesampainya di pesisir pantai ada beberapa
spot yang wajib dikunjungi, yaitu tempat berpasir, tempat berbatu, dan tempat
berbukit. Dan ketika sampai di tempat berbukit saya melihat keindahan yang
menakjubkan dari sudut selatan pulau Jawa ini, terlihat gabungan antara 4
serangkai yaitu Laut, Pantai, Bukit, dan Hutan yang bersatu padu dengan
indahnya layaknya negri dongeng.
Masih
belum puas dengan keindahan Pantai Papuma kami melanjutkan perjalanan menuju
Banyu Biru yang bertempat di Kab. Pasuruan, tempat lokasi ini adalah tempat wisata
yang dibuat untuk berenang dan memanfaatkan air yang selalu keluar secara alami
dari dalam tanah, dan untuk membung air yang keluar secara terus menerus dari
dalam dibuat aliran seperti sungai, sehingga menjadikan air tersebut menjadi
selalu jernih kebiruan, yang paling spesial dari tempat ini adalah kita
berenang bersama banyak ikan yang rata-rata ukurannya se-lengan tangan manusia.
Inilah
ceritaku bersama para sahabatku yang hanya bermodal sangat sedikit tapi menghasilkan
petualangan yang sangat banyak dan yang paling penting dari semua perjalanan
dalam petualangan ini adalah Jagalah selalu alam yang ada di Bumi yang setiap
hari kita pijak ini, jangan hanya menikmati keindahannya saja, tapi kita harus
ikut berperan meskipun sedikit tetap akan bermanfaat, jangan sampai anak cucu
kita kelak tidak bisa menikmati dengan apa yang telah kita nikmati saat ini,
hanya karena kerakusan kita yang makin menggila, SAVE OUR EARTH, SAVE OUR FUTURE