Wednesday, June 1, 2016

Menggali Surga Terpendam di Gunung Semeru

Menggali Surga Terpendam di Gunung Semeru
Puncak MAHAMERU, Foto : Syahrul Kartiko
                Siapa yang nyangka apabila kita bisa minginjakkan kaki di dataran tertinggi dimana kita dilahirkan, apalagi kalau dilalui bersama para sahabat, dan ditemani dengan pemandangan yang luar biasa indah, mungkin itu akan menjadi kesan yang tak kan terlupakan bagi orang yang bisa melakukannya.
                Hari Senin, tanggal 11 Agustus 2014 saya Aji bersama para sahabatku : Indra, Amin, dan Andrianto berangkat berpetualangan untuk membedah keindahan Gununng Semeru, Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di pulau Jawa yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) provinsi Jawa timur.
                Dalam sempit berbagi sesak, kami berangkat dari Pasar Tumpang menuju Ranu Pane, perjalanan ini memakan waktu sekitar 2 jam-an, saat kami memulai memasuki kawasan TNBTS kami langsung disuguhi pemandangan indah hutan belantara dan lautan pasir Gunung Bromo yang terlihat mempesona jauh di kiri jalan
Transportasi Semeru, Foto : Syahrul Kartiko
                Setelah sesampainya di Ranu Pane kami langsung melakukan packing perlengkapan dan juga melakukan sedikit briefing untuk melengkapi kebutuhan registrasi, sebelumnya pendaki diwajibkan untuk mengurus surat kesehatan dokter dan melampirkan foto copy KTP, hal ini dikarenakan mendaki gunung bukan perkara main – main, seperti kita ketahui kalau sudah banyak sekali pendaki yang gugur, celaka, tersesat, Cuma gara-gara mengabaikan dan menganggap remeh aturan safety atau keselamatan.
Gerbang masuk menuju MAHAMERU, Foto : Syahrul Kartiko
                Dalam perjalanan menuju ke Ranu Kumbolo, kita harus melewati 4 pos dan sedikitnya dua titik penting, yakni Lendengan Dowo dan Watu Rejeng, total jarak yang ditempuh dari Ranu Pane ke Ranu Kumbolo adalah 10,5 km atau sekitar 5-6 jam-an, dalam perjalanan kita akan sering berpapasan dengan pendaki lain dan akan sering bertegur sapa dengan ucapan ‘’Monggo’’, atau ’’Mari Mas’’ dan tak jarang pendaki yang sedang turun memberi motivasi semangat pada kami, ‘’Semangat Mas, puncuk sudah deket’’ (padahal pada kenyataannya masih sangat jauh).
                Sampai di pos 4 kita sudah bisa melihat kecantikan Ranu Kumbolo, tempat yang dijuluki sebagai surganya Gunung Semeru, dan apabila ingin menjadi saksi keeksotisan danau seluas 15 hektar di ketinggian 2400 mdpl ini, kita harus siap melawan capek dan dingin yang luar biasa, Maka dari bitu disini kita akan camp di bibir ranu kumbolo untuk menantikan pertunjuka Sun Rise di esok hari, dan kejutan luar biasa datang ketika kita terbangun di pagi hari, kita akan disambut terbitnya matahari dari tengah-tengah dua bukit dihiasi jernihnya air danau dan pohon-pohon cemara di sekeliling danau Ranu Kumbolo.
Surganya Semeru (Ranu Kumbolo), Foto : Syahrul Kartiko
                Sekitar pukul 09.00 pagi kami melanjutkan perjalanan menuju Kali Mati, sepanjang perjalanan kita akan melewati Bukit Cinta yang konon katanya bila kita memikirkan orang yang kita sayangi tanpa menoleh kebelakang sampai ke ujung bukit maka cinta itu akan abadi, next Oro-Oro Ombo adalah tempat yang indah dengan hamparan bunga yang menyerupai bunga lavender berwarna ungu, dan Cemoro Kandang adalah daerah yang kebanyakan ditumbuhi pohon cemara.
Keindahan Bunga Lavender ungu yang sedang mekar, Foto : Syahrul Kartiko
                Tibalah kami di Kali Mati yang mana daerah ini adalah tempat pendirian tenda sekaligus tempat untuk menyimpan barang yang sekiranya tidak penting untuk dibawa ke puncak Mahameru, dalam peristirahatan kami menikmati keindahan Puncak Mahameru dan ditemani makanan ala kadarnya, dan setelah itu kami segera tidur untuk mempersiapkan summit attack pada pukul 01.00 dini hari nanti.
                Pukul 00.30 kami terbangun untuk mempersiapkan diri, ternyata diluar sana sudah ada ratusan pendaki yang telah memulai pendakian menuju puncak Mahameru, saking ramainya para pendaki, terlihat rentetan lampu headlamp yang membetuk seperti ular di ¾ jalur menuju puncak, dan tepat pukul 01.00 dini hari, kami memulai melangkahkan kaki kami menuju puncak tertinggi di pulau Jawa ini.
                Dalam perjalanan kami berpapasan dengan pendaki lain yang telah kembali turun, jumlahnya puluhan dengan alasan beragam, mulai dari sakit, kecapekan, tidak tahan dengan debu,hingga terkena hypotermia. Untuk sampai dipuncak Mahameru kita harus melewati Arcopodo dan Kelik (daerah ini adalah batas vegetasi Semeru sebelum sampai di track pasir dan krikil).
                Puncak dari perjuangan dalam pendakian ini adalah ketika kita mulai masuk di track pasir dan krikil karena  dari semua pendaki yang naik, mungkin hanya setengahnya saja yang bisa sampai puncak, karena banyak sekali cobaan yang akan menghadang, seperti : kedinginan hebat (hypoternia), sesak nafas karena debu, kecapekan, sakit, dan lain-lain. Maka disinilah akan muncul pembelajaran yang luar biasa, dari mulai arti rasa tolong menolong, tidak egois, pantang menyerah, dan hal-hal luar biasa lainnya.
                Kebanggaan luar biasa bagi kami karena pada pukul 08.00 Saya bersama Indra,  Andrianto, dan Amin dapat menaklukkan kerasnya puncak tertinggi Jawa bersama-sama dengan lengkap, dan tak lupa kami semua bersujut syukur kepada tuhan karena tidaklah mudah bisa sampai di puncak Mahameru ini. Pemandangan yang amat sangat indah yang dipersembahkan buat siapa saja yang dapat berjuang sampai puncak, terlihat banyak gugusan gunung yang sedang berbaris dengan indahnya, dan awan yang menari-nari ditiup angin bagaikan ombak disamudra laut, sungguh keindahan yang tiada tara.
Jonggring Saloko (Puncak Mahameru), Foto : Syahrul Kartiko
                Maka disinilah kami berjanji untuk menjaga dan melindungi NKRI ini, negri sejuta keindahan ini tidak boleh dirusak dan apalagi dimiliki negara lain, kami bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia tercinta ini, ‘’Apapun yang terjadi padamu Indonesiaku, tidak akan pernah menghilangkan rasa cinta kami padamu Indonesiaku’’.
#PesonaIndonesia

#WonderfullIndonesia

0 comments:

Post a Comment